Pages

Rabu, 29 September 2010

Cinta Indonesia, Cinta Jajanan Tradisional

UPAYA memopulerkan kue tradisional Indonesia di mata dunia dapat ditempuh melalui promosi dan kreasi produk yang inovatif. Inovasi apa saja yang sudah dibuat?

Pagi hari jalan-jalan beli kue serabi. Siang hari jajan kue cubit yang dijajakan abang-abang di gerobak. Sore hari, saat hujan, menyeruput secangkir kopi sambil mengudap gurihnya rengginang dan jadah bakar nan hangat mengepul. Berlanjut malam hari, saatnya mencaplok kue putu yang aduhai harumnya. * sumber (Cinta Indonesia, Cinta Jajanan Tradisional)

Wah, betapa kaya pilihan jajanan tradisional kita. Sejumlah jajanan pasar lain yang juga masih lestari dari dulu hingga sekarang misalnya nagasari, kelepon, dadar gulung, cucur, apem, dan putri noong. Saking banyaknya, sehari tak akan cukup mencicipi semuanya.

Namun jangan sekadar mencicipi, harus ada kebanggaan dan kemauan untuk melestarikannya. Apalagi dengan kian maraknya jajanan masa kini yang menggiurkan, pamor panganan tradisional bisa meredup jika tidak ada upaya untuk mempertahankannya.

Konsultan bakery dari Asosiasi Bakery Indonesia (ABI), Jahja Angkawidjaja, merasa prihatin dengan banyaknya generasi muda sekarang yang melupakan jajanan pasar. Sebagai contoh, Jahja berkisah, suatu saat dalam sebuah seminar yang banyak dihadiri anak muda disebar angket yang bertujuan mengetahui komentar atas snack yang disajikan untuk konsumsi peserta seminar.

"Salah satu angket ada yang isinya mengkritik. Katanya, lain kali dalam seminar seperti ini jangan berikan makanan yang dibungkus daun. Lho, daun kan jauh lebih aman dibanding styrofoam atau plastik, tapi kok dianggap tidak layak? Persepsi seperti inilah yang harus diselaraskan kembali," ujarnya.

Sejumlah camilan maupun makanan berat Indonesia memang banyak yang dibalut daun atau disajikan dengan alas daun, semisal daun pisang, daun jati, dan daun pandan. Sebut saja nagasari, lemper, apang coe, bobengka, dan tapai ketan. Sementara dari jenis nasi dan lauk contohnya adalah nasi lengko, sega jamblang, serta aneka pepes dan pecel.

"Makanan asli Indonesia jauh lebih menyehatkan selama dibuat dengan bahan alami. Makan nasi panas dengan alas daun aromanya akan lebih meresap. Kue lemper juga ada tambahan cita rasa alami dari daun pembungkusnya," tutur Jahja.

Kue tradisional Indonesia amat bervariasi dan beberapa di antaranya memiliki kemiripan dengan kue asal negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Oleh karenanya, Jahja optimistis kue tradisional Indonesia mampu menyentuh pasar yang luas dan diminati di luar negeri.

Lantas, upaya apa saja yang bisa dilakukan agar jajanan Nusantara lebih mendunia?

Ketua Asosiasi Bakery Indonesia (ABI) Ramelan Hidayat menekankan pentingnya promosi dan inovasi produk. "Supaya bisa bersaing dengan produk luar, semua pelaku usaha harus bersama-sama memperkenalkan produk jajanan kita yang sebenarnya juga banyak disukai orang asing," sarannya.

Dalam inovasi, kreativitas juga tak kalah penting. Dengan tetap mempertahankan cita rasa aslinya, kue tradisional bisa dikemas lebih menarik, bila perlu dipoles dengan warna-warni alami. "Pelanggan juga suka sesuatu yang baru. Dengan begitu, orang mau mencoba karena mungkin agak "aneh", tapi akarnya jangan ditinggalkan," tandas Ramelan.

Bentuk inovasi lain adalah ukuran kue yang dibuat mini. Seperti kita ketahui, kebanyakan jajanan pasar Indonesia terbuat dari bahan mengenyangkan. Dengan ukuran yang lumayan besar, acap kali orang sudah kekenyangan sebelum menghabiskannya. Akibatnya, sisa kue jadi terbuang percuma.

Menurut Jahja, orang dulu kebanyakan memakan kue atau roti, tujuannya memang untuk mengganjal perut sehingga harus memuaskan kenyangnya, bukan sekadar ngemil. Akan tetapi, makin ke sini trennya berubah: makan adalah makan, ngemil adalah ngemil.

"Kue tradisional bisa dibuat dengan ukuran yang cukup untuk dimakan sebagai camilan praktis. Jadi kalau saya lihat, mengubah ukuran kue menjadi lebih mini itu tuntutan zaman. Lagi pula, orang akan lebih senang punya satu tampah berisi aneka makanan kecil daripada satu jenis saja, tapi mengenyangkan," kata Jahja.

Pernyataan Jahja diamini Ramelan. Menurut dia, saat ini dunia bakery juga tak mau ketinggalan dengan tren serbamini. Sejumlah restoran di hotel berbintang di Jakarta juga sudah banyak yang menyediakan aneka kue tradisional mini yang tersaji ala prasmanan.